Belakangan ini, bermunculan akun akun media sosial yang menunjukkan diri sebagai selingkuhan atau yang biasa disebut perebut laki orang alias pelakor. Melalui akun media sosialnya, sejumlah wanita terang terangan mengungkapkan bahwa dirinya memiliki hubungan spesial dengan suami orang lain. Bahkan, hubungan tersebut berlangsung selama bertahun tahun tanpa pernah diketahui oleh istri sah.
Seperti halnya yang diceritakan dalam unggahan video yang beredar viral, seorang wanita mengaku sudah dua tahun menjalin hubungan dengan suami orang. "Aku pacaran sama suami orang sudah 2 tahun," sebutnya dalam video. Pemilik akun tersebut pun mengungkapkan bahwa dirinya senang karena ia menilai sang kekasih lebih mementingkan dirinya dibanding istri sahnya.
Ia mengatakan, dalam sehari ia dapat tiga kali bertemu dengan sang kekasih. "Dia pun suka bohong sama istrinya dia. Dia lebih memilih sama aku dulu dan kalau aku marah, dia sangat takut," lanjutnya. Bebebarapa unggahan serupa juga beredar di media sosial dan mengundang perhatian warganet.
Tak sedikit warganet yang tampak geram melihat unggahan unggahan tersebut. Psikolog Keluarga dari www.praktekpsikolog.com di Bintaro, Jakarta Selatan, Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi., Psikolog, menyampaikan tanggapannya terkait ramainya akun akun media sosial yang mengekpos dirinya sebagai pelakor. Menurut Adib, perilaku tersebut sudah menjadi fenomena yang berkembang saat ini.
Adib menuturkan, setiap orang tentunya ingin memiliki hubungan yang terbuka atau diketahui oleh orang lain. Namun, seorang pelakor umumnya tidak bisa memperoleh hal tersebut. Psikolog yang juga berpraktek di Klinik Terapi Anak dan Dewasa YPPI, Pondok Aren, Tangerang Selatan, itu pun menilai, orang orang yang mengekspos dirinya sebagai pelakor sesungguhnya ingin menunjukkan keberadaannya dan ingin dinomorsatukan.
"Lain dengan yang bukan pelakor, itu kan seolah olah memang hubungan pernikahan antar dua keluarga." "Nah menurut saya pelakor ini, dia ingin mencari eksistensi diri bahwa dia ingin intinya 'saya itu ada, saya juga ingin dinomor satukan' . Makanya dia tampil lah di sosmed, misal di TikTok," sambungnya. Melihat fenomena tersebut, Adib berpendapat, orang orang yang mengakui dirinya sebagai pelakor ingin hubungan yang ia jalani dianggap normal seperti pasangan lainnya.
Adib pun menilai, hal tersebut termasuk bentuk perlawanan karena selama ini masyarakat menganggap pelakor sebagai sesuatu yang tak normal. Oleh karena itu, Adib melanjutkan, mereka pun ingin mengungkapkan bahwa mereka pantas bahagia dengan caranya tersebut. "Dia dengan PD (Percaya Diri) menceritakan apa yang dia alami karena dia berharap yang dialami itu sesuai yang normal."
"Apalagi selama ini pelakor seolah olah dianggap tidak normal begitu, jadi dia menyatakan bahwa ini perlawanan dari pelakor. Istilahnya (menyatakan) ini adalah sesuatu yang normal, ini sah sah saja, bahwa setiap manusia berhak untuk bahagia," kata Adib. Menurut Adib, orang orang yang mengakui dirinya sebagai pelakor tersebut juga ingin dinomorsatukan oleh pasangannya. Pasalnya, Adib mengakatakan, pada dasarnya, setiap manusia ingin diprioritaskan dan dihargai.
Oleh karena itu, Adib menilai, fenomena tersebut terjadi karena mereka ingin mencari penghargaan dan eksistensi diri. "Jadi dalam rangka mencari penghargaan, dalam rangka mencari eksistensi diri, dalam rangka bahwa apa yang dilakukan itu sesuatu yang wajar wajar saja, kira kira seperti itu," ujarnya. Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.